PEMBEKALAAN PRAKTIK PROFESI[1]
PENGANTAR KE ARAH PENELITIAN SASTRA
Oleh: Rohanda WS.
A. Pengertian Penelitian
Kita sering mendengar kata penelitian walau terkadang belum tahu pasti apa arti kata penelitian sebenarnya. Oleh karena itu, arti kata penelitian perlu dijelaskan terlebih dahulu. Margono mendefinisakan penelitian sebagai berikut: [2]
“Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mndapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi”.
Penelitian adalah sebuah usaha pemaknaan, pengkajian, pembahasan, pencarian terhadap sebuah objek. Tujuan akademis suatu penelitian diantaranya untuk menguji atau membuktikan teori-teori yang sudah ada. Jika sudah terbukti, maka tujuan penelitian itu untuk memperkuat teori tersebut, yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu metode dan penelitian.[3]
Penelitian dan ilmu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Penelitian merupakan media untuk mengembangkan suatu ilmu. Karena tanpa penelitian ilmu akan mengalami stagnan atau statis. Menurut Anton Bakker, ilmu laksana bangunan yang terbuat dari batu. Melalui observasi, batu tersebut diklasifikasikan, kemudian dapat dijadikan sebagai bahan bangunan.[4] Dengan penelitian, kemajuan ilmu dapat terus ditingkatkan agar dapat menjelaskan gejala-gejala, termasuk gejala-gejala kebahasaan dan kesusastraan. Ilmu terdiri dari sejumlah teori yang memberikan penjelasan atas gejala-gejala yang terjadi. Teori adalah pernyataan yang menunjukan hubungan sebab- akibat antara dua variabel atau lebih.
B. Manfaat Penelitian
Adapun nilai guna yang diharapkan dari kegiatan penelitain paling tidak ada beberapa hal;
1. Suatu upaya untuk merumuskan permasalahan-permasalahan, mengajukan berbagai pertanyaan, dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cara menunjukan fakta-fakta dan memberikan argumen-argumen logis dan benar;
2. Suatu upaya untuk membuktian, menguatkan, menolak, dan bahkan merevisi kembali teori dan simpulan yang sudah ada /diterima berdasar fakta-fakta.
C. Desain Usulan Penelitian
Dalam kegiatn penelitian ilmiah ada beberapa hal yang harus dipahami dengan cermat supaya memudahkan peneliti mewujudkan keinginan tesebut. Peneliti seharusnya mengetahui tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu. Tahapan penelitian yang dimaksud adalah tahapan pembuatan rancangan atau desain usulan penelitian.
Adapun isi DESAIN/ USULAN PENELITIAN/PROPOSAL mencakup hal-hal berkut:
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah penelitian adalah alasan mengapa dilakukannya penelitian. Di sini harus dijelaskan berbagai permasalahan yang dipandang perlu adanya pemecahannya. Peneliti biasanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan diketahui setelah dilakukannya penelitian.
Yang disebut permasalahan dalam penelitian ilmiah, yaitu:
a. Jika teori dengan teori bertentangan;
b. Jika teori dengan realitas bertentangan.
Lihat gambar di bawah ini:
|
Penjelasan:
Karena teori bertentangan dengan teori lagi, maka hal ini disebut masalah. Oleh karena itu, setiap masalah harus dipertanyakan, kemudian diadakan kegiatan penelitian untuk mengetahui mengapa antara satu teori dengan teori yang lain tidak sama, alasan-alasan mengapa terjadi perbedaan itulah merupakan jawabannya.
|
Penjelasan:
Karena teori bertentangan dengan realitas, maka hal tersebut dinamakan masalah. Oleh karena itu, setiap sesuatu itu dapat menimbulkan masalah, apa lagi sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan akademik harus dipertanyakan, kemudian diadakan kegiatan penelitian untuk mengetahui jawabannya
Contoh masalah A:
1. Ahli sastra Arab pada umumnya mengatakan: Salah satu peninggalan kesusastraan Arab jahiliyah adalah karya sastra dalam bentuk syair. Syair-syair tersebut dikenal dengan syair mu’alaqat al-sab’ah. Mu’alaqat al-sab’ah adalah sebutan untuk ketujuh syair yang digantungkan di dingding Ka’bah sebagai penghargaan atas nilai estetis yang terkandung didalamnya.
2. Thaha Husain berbeda pendapat dengan pernyataan di atas. Menurutnya, keberadaan syair “Mu’alaqat al-sab’ah” bukan syair yang digubah pada masa jahiliyah. Keberadaan syair tersebut yang disandarkan pada masa jahiliyah hanyalah rekayasa politik belaka, padahal syair itu digubah setelah masa Islam.
3. Penyataan Thaha Husain di atas menimbulkan masalah, karena bertentangan dengan teori yang sudah ada sehingga akan muncul pertanyaan: Apa alasan Thaha Husain berani mengatakan bahwa syair mu’alaqat sab’ah itu bukan syair gubahan masa jahiliyah? Apa Faktanya?. Untuk mengetahui alasan Thaha Husen berpendapat bahwa syair jahiliyah itu hanyalah rekayasa politik harus dilakukan penelitian terlebih dahulu, baru akan ditemukan jawabannya yang akurat.
Contoh Masalah B:
Farazdaq, seorang penyair Arab yang hidup di masa Bani Umayyah. Ia adalah salah satu dari tiga penyair kenamaan saat itu di samping Jarir dan Akhtal. Kelebihannya dalam bersyair di antaranya adalah ungkapan-ungkapannya yang megah, lafadz yang fasih, dan banyak menyisipkan kosakata asing. Kepandaiannya bersyair memuji para Khalifah membuatnya dekat dengan kekuasaan mereka.
Ketika ia memuji Ali Zaenal Abidin[5] di depan Hisyam bin Abdil Malik[6], ia dianggap sebagai seorang pengikut Syi’ah yang mengakibatkan dirinya dipenjarakan oleh Hisyam. Di sisi lain, syairnya yang ditujukan kepada para khilafah Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Mali, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, dan Walid bin Yazid secara kuantitas justru lebih banyak sebagaimana yang termuat dalam Diwan-nya “Syarh Diwan al-Farazdaq” yang dikomentari oleh Iliya al-Hawa.
Dalam hal ini, tampak adanya suatu pertentangan pada diri Farazdaq, yakni di satu sisi ia memuji para khalifah Bani Umayyah, dan di sisi lain ia juga memuji Ali Zaenal Abidin yang merupakan pihak oposan khalifah. Singkatnya, ada dualisme atau dua keberpihakan Farazdaq kepada dua pihak yang bertentangan kedudukannya. Sehingga perlu diungkap latar belakang Farazdaq memuji pihak pemerintah dan latar belakang ia memuji pihak opon yang secara teologis jelas-jelas bersebrangan. Atau mungkin ada sebuah kehendak atau ‘kuasa” menurut istilah Michel Foucault[7] dari pernyataan Farazdaq tentang teologi yang berkembang pada masa itu. Atau mungkin ia ingin meninggikan atau menjatuhkan teologi yang dianut oleh pemerintah atau teologi yang dianut oleh Ali Zaenal Abidin, yaitu Syi’ah.
Kalau dilihat dari sisi keberanian Farazdaq memuji Zaenal Abidin, dapat saja Farazdaq dianggap sebagai pengikut Syi’ah. Anggapan ini didasarkan pada syair madh yang ditujukan kepada Ali Zaenal Abidin. Tapi belum jelas pengikut Syi’ah yang mana? Benar salahnya anggapan ini tidak bisa hanya berdasarkan pada syair tersebut saja, tetapi harus disertakan pula alasan-alasan lain yang mendukung. Sebab bila dilihat dari jumlahnya, syair yang ditujukan kepada para khalifah Bani Marwan justru lebih banyak. Sehingga perlu dilakukan penelitian ulang yang lebih mendalam tentang teologi yang berkembang dan dianut oleh umat muslim pada masa kekhalifahan Bani Umayyah menurut perspektif sastrawan, karena ia dianggap sebagai orang yang paling tajam pengamatannya tentang realitas sosial.
Untuk mendapatkan suatu masalah, S. Margono memberikan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh setiap orang, yaitu;dengan cara;[8]
1. Membaca;
2. Seminar; diskusi, pertemuan ilmiah;
3. Mendengarkan pernyataan dari orang yang dianggap memiliki otoritas;
4. Pengamatan walau hanya sekilas;
5. Melalui pengalaman pribadi;
6. Perasaan dan bahkan melalui ilham.
2. Perumusan Masalah
6. Metode dan Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian[11] yang ditempuh, biasanya mencakup penentuan metode penelitian, penentuan sumber data yang akan diteliti; jenis data; teknik pengumpulan data; dan analisa data.
a. Metode Penelitian
Sebuah penelitian paling tidak mengemukakan dua metode, yaitu metode penelitian dan metode kajian. Metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kerangka berpikir. Setiap metode penelitain memiliki karakteristik masing-masing, baik yang berkenaan dengan tahapan kerja yang dibutuhkan maupun kekuatan dan kelemahannya.[12]
Metode kajian digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan objek dan data-data penelitian yang disesuaikan dengan masalah yang terdapat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode kajian ini dapat pula dikatakan sebagai langkah kerja dari sebuah pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan penelitian yang sudah dibatasi dalam perumusan masalah.
b. Sumber data
Sumber data adalah tempat di mana data dapat diambil. Sumber data dapat dibagi ke dalam dua bagian (1) sumber data primer (utama) dan (2) sumber data sekunder (tambahan)
c. Jenis data penelitian
Jenis data penelitain adalah sesuatu yang berkaitan dengan pertanyaan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yang mana ditujukan pada persoalan-persoalan penelitian. Jenis data harus disusun dan pilih-pilah sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian.
d. Teknik Pengumpulan data
Teknik/cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara kepustakaan, uji coba, dan wawancara.
e. Analisis data
Data harus dianalisis oleh metode kajian. Meode kajian digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan objek dan data-data penelitian yang disesuaikan dengan masalah yang terdapat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode kajian ini dapat pula dikatakan sebagai langkah kerja dari sebuah pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan penelitian yang sudah dibatasi dalam perumusan masalah.
f. Merumuskan simpulan
Simpulan adalah jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Urutan simpulan harus disesuaikan dengan urutan pertanyaan penelitian.
[1] Disampaikan pada tanggal 20 Juni 2011
[2]S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1997),hal. 1
[4] Lihat Anton Bakker & Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,1990), hal.11
[5] Ali Zaenal Abidin (wafat 95/713 H.) adalah putra dari putra Ali r.a., Husain dan Imam ke empat kaum syi’ah. Ia dikenal karena doa-doa yang dikumpulkannya, al-Shahifat al-Sajjaddiyyah. Lihat Sachiko Murata, The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationship in Islam Though, (State University of New York Press, 1992). Trj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah, The Tao of Islam: Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 425, hal. 25.
[6] Hisyam adalah khalifah ke x dari keturunan Muawiyyah ibn Abi Sufyan. Lihat, G. E. Bosworth, The Islamic Dynasties, (Edinburgh University Press, Edinburgh, 1980). Trj. Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 25.
[7] Kuasa adalah sebuah istilah yang sering digunakan oleh Michel Foucault. Ia sendiri tidak mendefinisikan “kuasa”, tapi ia lebih menekankan bagaimana kuasa itu dapat dilaksanakan. Untuk memahami “kuasa” dapat dilihat dari gagasan dasarnya, yaitu kehendak untuk memperoleh kebenaran. Lihat, Konrad Kebung Beoang, Michel Foucault Parrhesia dan Persoalan Mengenai Etika, (Jakarta: Obor, 1997), hal. 51.
[9]Anton Bakkers, op. cit., hal. 133
[10] Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang Ilmu Agama Islam), (Jakarta: Logos, 1999), hal. 40
[11] Sebagian Orang terkadang menyebut langakah-langkah penelitian dengan istilah “prosedur penelitian” atau dengan istilah “metodologi penelitian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar