Kamis, 02 Juni 2011

Ringkasan Disertasi Dr. A. Qonit AD, M.A. (Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Bandung)

i
KONSEP  KETUHANAN  DI  DALAM 
AL-QUR’ÂN
Tafsir Semiotik Tematik Terhadap
Nama-nama Tuhan

ABSTRAK
             Di dalam al-Qur’ân nama-nama Tuhan atau asmâulhusnâ begitu menonjol dan dominan, menyebar di hampir seluruh bagian, terintegrasi dengan semua tema dan unsur-unsurnya. Di dalam masyarakat Islam, ia memiliki kedudukan yang sangat penting. Tidak sulit untuk menemukan aneka ragam bentuk buku tentang asmâulhusnâ, yang  sudah biasa dibaca masyarakat. Akan tetapi, mulai dari klasik sampai modern kontemporer, masih sangat jarang tulisan yang menjelaskan asmâulhusnâ dari segi al-Qur’ân, apalagi penjelasan yang total dan menyeluruh secara al-Qur’ân, hampir dapat dipastikan belum ada. Demikian pula buku yang menjelaskan asmâulhusnâ secara teoritis, yang dapat menjelaskan “mengapa, bagaimana, dan untuk apa” asmâulhusnâ ada di dalam al-Qur’ân. Jadi, problem mendasarnya adalah “belum adanya pemahaman tentang nama-nama Tuhan yang menggambarkan suatu konsep ketuhanan yang terintegrasi dengan tema-tema lain  di dalam konteks realitas teks al-Qur’ân”. Untuk itu, di dalam disertasi ini, dilakukan analisis terhadap nama-nama Tuhan dengan pendekatan Tafsir Semiotik Tematik.

1
            Disertasi ini menghasilkan beberapa temuan penting. Pertama, teori hubungan fungsional transformatif, yaitu bahwa al-Qur’ân selalu menggambarkan hubungan fungsional transformatif antara Tuhan dan manusia, antara ketuhanan dan kemanusiaan. Kedua, teori interaksi transformatif, yaitu bahwa kehadiran nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân selalu tampil dalam hubungan interaksi untuk mentransformasi  atau memnuntun manusia pada suatu proses perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang lebih baik. Ketiga, teori sentralitas-dominan, yaitu bahwa dalam rangka fungsional transformatif  tersebut, al-Qur’ân menampilkan nama ar-Rahmân, sebagai sentral dan dominan di antara nama-nama Tuhan yang lainnya. Hal ini ditandai oleh beberapa indikator, yakni, (1) bahwa ar-Rahmân secara penuh mewakili Allah dalam melakukan tindakan ketuhanan, dan menerima seluruh orientasi tindakan kehambaan manusia, dimana pada saat yang sama tidak terjadi pada nama-nama yang lain. (2) bahwa nama-nama yang lain hadir sebagai respons terhadap respons manusia terhadap ar-Rahmân. (3) bahwa kebeagamaan manusia ditujukan kepada ar-Rahmân. Keempat, bahwa pendekatan semiotika memiliki kekuatan signifikan dalam kontribusi bagi pengembangan Ilmu Tafsir al-Qur’ân dan keilmuan keislaman lainnya.


           Temuan-temuan ini memberi beberapa kontribusi teoritis dan praktis bagi pengembangan keilmuan keislaman, yaitu memperkaya hasanah keilmuan tafsir al-Qur’ân dan teologi. Misalnya, pertama, teori hubungan fungsional menguatkan teori Fazlur Rahman bahwa yang dituju al-Qur’ân adalah manusia dan perilakunya (af’âlul’ibâd).  Demikian juga. teori ini menguatkan teori Ibn Al-‘Arabî tentang landasan ontologis bagi studi ketuhanan. Yakni, bahwa ada dua dimensi Tuhan, yaitu Tuhan di dalam dirinya sendiri, dan Tuhan dalam hubungan dengan makhluk. Dimensi pertama hanya Tuhan menjangkaunya. Dan, dimensi kedua adalah dimensi yang dapat dijangkau  dan diketahui manusia. Kedua, teori interaktif transformatif mengkritik dan sekaligus menyempurnakan teori takhallaqû bi akhlâqillâh dalam  memaknai asmâulhusnâ  dari al-Imâm al-Gazali. Ketiga, teori fungional, interaksi transformative, sentralitas dominan, dan Semiotika dapat menjadi panduan pendekatan di dalam memahami nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân dan lainnya. Keempat, teori sentralitas dominan menguatkan pandangan mutashowifûn yang menempatkan sifat kemahakasihan sebagai sentral, dan melemahkan pandangan mutakalimun yang menempatkan sifat kemahakuasaan sebagai sentral. Demikian pula terhadap pandangan serupa yang dikemukakan Fazlur Rahman dan A.Hidayat. Teori ini juga menjadi kritik terhadap kritik Ibn Al-‘Arabî terhadap mutakalimun, bahwa Tuhan mutakalimun (dengan citra kemahakuasaannya) adalah Tuhan yang tidak dicintai, karena tidak memeperhatikan manusia. Teori ini membuktikan hal sebaliknya, yaitu bahwa justru al-Qur’ân menggambarkan sifat kemahakuasaan  sebagai sifat yang senantiasa, setiap saat, berinteraksi dengan manusia, yaitu memberi perlindungan, pertolongan, dan kemenangan kepada orang-orang yang bersyukur kepada ar-Rahmân, dan menghalangi mereka dari kejahatan para penentang agama, serta mengazab dan mengalahkan mereka.
   














KONSEP  KETUHANAN  DI  DALAM 
AL-QUR’ÂN
Tafsir Semiotik Tematik Terhadap
Nama-nama Tuhan

Oleh : Ahmad Qonit AD
NIM : 90147/S-3

A.       Pendahuluan
Judul disertasi ini lahir dari suatu keprihatinan penulis yang mendalam atas realitas kajian ketuhanan di dalam Islam, yakni sebagai  berikut :
1.    Bahwa pandangan-pandangan ketuhanan yang selama ini berkembang di dalam Islam, seperti yang direpresentasikan oleh aliran-aliran di dalam Ilmu Kalam, belum dapat dipandang sepenuhnya sebagai pandangan al-Qur’ân secara utuh, dikarenakan paling tidak oleh dua alasan. Pertama, bahwa struktur dasar pemikirannya berasal dari luar al-Qur’ân. Kedua, bahwa pemikiran mutakalimun tersebut dipandang telah melahirkan suatu bencana besar dalam lapangan teologi yang diakibatkan oleh kegagalan mereka di dalam memahami al-Qur’ân sebagai suatu kesatupaduan yang berjalin berkelindan dengan suatu weltanschauung yang pasti; mereka memaknai ayat-ayat al-Qur’ân secara pragmental (atomistic).
2.   


Bahwa aspek-aspek ketuhanan –sebagai konsep yang paling sentral di dalam agama-, seperti mengenai nama-nama Tuhan (al-asmâ al-husnâ) yang menyebar di hampir setiap ayat al-Qur’ân, belum dipahami secara total dari pendekatan al-Qur’ân dengan menerapkan prinsip-prinsip metodologi tafsirnya. Pendekatan para ulama -termasuk para mufasir al-Qur’ân itu sendiri- terhadap nama-nama Tuhan justru lebih bersifat “Kalami” dengan pendekatan falsafinya, yang selalu berhenti pada pemilahan Tuhan sebagai zat dan sifat, sementara makna dan pesan nama-nama tersebut bagi kehidupan manusia, yang dipahami dari dalam konteks realitas teks al-Qur’ân itu sendiri tidak pernah disentuh. Hal ini terlihat secara nyata di dalam karya-karya mengenai al-asmâ al-husnâ mulai dari al-Ghazali di masa Klasik sampai M Quraish Shihab di abad Modern kini.
3.   


Di dalam hasanah peradaban Islam, terdapat pandangan-padangan yang secara ekstrim berbeda (“kontradiktif”) mengenai aspek ketuhanan, misalnya antara kecenderungan mutakallimûn yang memandang sifat Kemahakuasaan Tuhan sebagai sentral sifat Ketuhanan, dan kecenderungan mutashowifûn yang memandang sifat Kemahakasihan Tuhan sebagai sentral sifat Ketuhanan. Fazlur Rahman telah berusaha keras mensintesakan antara dua kecenderungan tersebut, namun nampaknya tidak berhasil, karena dia nampak lebih cenderung kepada mutakallimûn. Sementara itu A Hidayat di dalam pengantar disertasinya “Konsep Kekuasaan Tuhan di Dalam Al-Qur’ân” (1992) menyatakan bahwa “Kekuasaan Tuhan adalah sentral yang merupakan sumber dari seluruh ajaran Islam”. Dua kecenderungan ini, menurut hemat penulis, perlu dievaluasi secara al-Qur’ân, karena disadari atau tidak, di dalam aktualisasinya, dua pandangan yang berbeda ini, dapat melahirkan sifat keberagamaan yang berbeda.
4.      Di samping itu telah terdapat butiran-butiran pemikiran kritis tentang ketuhanan yang memiliki visi dan orientasi yang kuat terhadap al-Qur’ân, walaupun belum total diangkat dari keseluruhan ayat-ayat yang terkait dengan nama-nama Tuhan. Bahwa pemikiran-pemikiran seperti ini menuntut suatu pembuktian-pembuktian melalui kajian-kajian lanjutan terhadap ayat-ayat terkait di dalam al-Qur’ân. Termasuk ke dalam katagori ini adalah  antara lain pemikiran ketuhanan dari Fazlur Rahman, yaitu sebagai berikut :
a.       Bahwa yang dituju oleh al-Qur’ân dengan ungkapan-ungkapannya mengenai Tuhan adalah manusia dan perilakunya.
b.      Bahwa konsep tentang ketuhanan di dalam al-Qr’ân harus menggambarkan pandangan dunia (“weltanschauung”) al-Qur’ân yang jelas.  
c.       Bahwa pandangan-pandangan tentang ketuhanan (theologi) seharusnya menumbuhkan moralitas atau sistem nilai etika untuk membimbing manusia dan menanamkan di dalam dirinya kesadaran tanggung jawab moral yang disebut al-Qur’ân sebagai “taqwa”.
d.      Bahwa di dalam sistem ajaran Islam terdapat hubungan organis antara theologi, etika, dan hukum. Bahwa theologi melahirkan sistem nilai etika, dan hukum dirumuskan atas dasar nilai-nilai etika.
5.     


Total hasil evaluasi terhadap pemikiran Islam khususnya mengenai aspek ketuhanan menunjukkan, bahwa belum adanya suatu pandangan konprehenship mengenai konsep ketuhanan di dalam al-Qur’ân, yang menggambarkan misalnya kaitan fungsional antara ketuhanan, sistem nilai moral/etika/akhlak, dan hukum yang diangkat dari kajian langsung terhadap Nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân.

B.       Permasalahan
Permasalah utama disertasi ini adalah “belum adanya pemahaman tentang nama-nama Tuhan yang menggambarkan suatu konsep ketuhanan yang terintegrasi dengan tema-tema lain  di dalam konteks realitas teks al-Qur’ân”. Adapun sub-permasalahan yang akan dijawab guna menjawab permasalahan utama adalah sebagai berikut:
1.    Apa konsep teoritik tentang ketuhanan al-Qur’ân yang terintegrasi dengan aspek-aspek lain di dalam al-Qur’ân, dan implikasi praktisnya di dalam studi keislaman?
2.    Apa fungsi kehadiran nama-nama Tuhan di dalam realitas teks al-Qur’ân bagi manusia?
3.    Manakah nama Tuhan yang menduduki posisi sentral di antara nama-nama lainnya dalam perspektif relasi komunikasi Tuhan hamba antara Allah dan manusia di dalam realitas teks al-Qur’ân?
4.    Apa sosok teologi al-Qur’ân dalam perspektif relasi komunikasi Tuhan hamba antara Allah dan manusia di dalam realitas teks al-Qur’ân?
5.    Apa kontribusi pendekatan semiotic bagi pengembangan pemikiran keilmuan studi al-Qur’ân pada umumnya, dan mengenai ketuhanan pada khususnya?

C.       Tujuan Penelitian 

7
                   Adapun tujuan penelitian disertasi ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.    Konsep teoritik tentang ketuhanan al-Qur’ân yang terintegrasi dengan aspek-aspek lain di dalam al-Qur’ân, dan implikasi praktisnya di dalam studi keislaman.
2.    Fungsi kehadiran nama-nama Tuhan di dalam realitas teks al-Qur’ân bagi manusia.
3.    Nama Tuhan yang menduduki posisi sentral di antara nama-nama lainnya dalam perspektif relasi komunikasi Tuhan hamba antara Allah dan manusia di dalam realitas teks al-Qur’ân.
4.    Sosok teologi al-Qur’ân dalam perspektif relasi komunikasi Tuhan hamba antara Allah dan manusia di dalam realitas teks al-Qur’ân
5.    Kontribusi pendekatan semiotic bagi pengembangan pemikiran keilmuan studi al-Qur’ân pada umumnya, dan mengenai ketuhanan pada khususnya.

D.      Kegunaan Penelitian
       Penelitian ini diharapkan berguna untuk hal-hal sebagai berikut :
1.    Memperkaya hasanah teori ketuhanan di dalam Islam, khususnya berkaitan dengan penafsiran terhadap nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân.
2.   

8
Menunjukkan kekuatan dan kelemahan atau evaluasi kritis terhadap teori-teori mengenai ketuhanan di dalam hasanah  keilmuan Islam, khususnya terhadap : Pertama, teori  Ibn Al-‘Arabî tentang dua dimensi Tuhan, yaitu Tuhan di dalam diri-Nya sendiri, atau di dalam zat-Nya, dan Tuhan dalam hubungan dengan makhluk; Kedua, dua pendekatan yang secara ekstrim berbeda di dalam melihat aspek ketuhanan, yaitu perspektif yang menekankan sifat Kepengasihan Tuhan sebagai sentral, dan perspektif yang menekankan sifat Kemahakuasaan Tuhan sebagai sentral.
3.    Dengan mensintesakan penerapan pendekatan Semiotika ke dalam proses penafsiran al-Qur’ân, diharapkan dapat memperkaya hasanah konsep-konsep dan teori-teori Ilmu Tafsir secara umum, dan metodologi tafsir al-Qur’ân secara khusus, dan sekaligus berfungsi mengembangkannya.
4.    Mendorong munculnya penelitian dan pembahasan lanjutan mengenai hal terkait dalam kerangka pengembangan keilmuan dan peradaban Islam.

E.       Metode Penelitian
1.         Sumber Data. Penelitian in merupakan library research (penelitian kepustakaan) dimana data yang digunakan berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Oleh karena penelitian ini menyangkut al-Qur’ân secara langsung, maka sumber data primernya adalah teks Mushhaf al-Qur’ân 30 juz. Adapun sumber data sekundernya adalah berupa kitab-kitab kamus otoritatif dalam bahasa Arab seperti Ibn al-Munzhir: Lisân al-‘Arab, kitab-kitab Tafsir al-Qur’ân, buku-buku terkait yang membahas tema ketuhanan seperti, karya Al-Ghazali, Mutawali Sya’rawi, H.M. Quraish Shihab,  dan Toshihiko Izutsu, kitab-kitab kamus al-Qur’ân seperti, al-Ishbâh wa al-Nazhâir, Mu’jam Mufradât Alf âzh al-Qur’ân al-Karîm, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân dan lain-lain.
2.   

Fokus Kajian. Obyek material penelitian ini adalah al-Qur’ân, sedangkan obyek formalnya adalah nama-nama Tuhan (al-Asmâ al-Husnâ) yang ada di dalam al-Qur’ân. Mengenai bilangan nama-nama Tuhan terdapat dua versi, yaitu versi hadis dan versi ijtihad. Versi hadis berjumlah 99 buah, dan versi ijtihad bervariasi: Ibn Katsir berjumlah lebih dari 99 buah; Ath-Thaba’tabaî berjumlah 127 buah; Ibnu Barjan al-Andalusî berjumlah 132 buah; Al-Qurtubî berjumlah lebih dari 200 buah; Dan sebagian ulama menghimpun 1000 buah. Di dalam al-Qur’ân ditemukan hanya 69 buah nama dari 99 buah nama versi hadits. Dari sejumlah nama tersebut terdapat dua nama yang cenderung dipandang sentral, yaitu nama yang berkonotasi Kemahapengasihan (Mutashowifûn) dan kemahakuasaan (Mutakalimûn). Atas dasar kenyataan ini, penelitian ini difokuskan pada kelompok dua nama tersebut. Kelompok Kemahapengasihan difokuskan pada ar-Rahmân, ar-Rahîm, al-Ghafûr, at-Tawwâb, ar-Raûf, dan al-Wadûd. Kelompok Kemahakuasaan difokuskan pada al-‘Azîz, al-Hakîm, dan al-Khâliq. Pembahasan terhadap nama-nama tersebut, di dalam pelaksanaannya melibatkan sejumlah nama yang berdampingan dengan nama-nama  dari dua kelompok tersebut, sehingga secara keseluruhan menjadi berjumlah 32 nama (46,3 %) dari 69 nama versi hadits yang ada di dalam al-Qur’ân.
3.    Langkah-langkah penelitian.
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-analitis-evaluatif melalui telaah tafsir dengan menggunakan pendekatan Semiotika, dan Tematik (Maudû’î), dengan  menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Mendeskripsikan gambaran umum beberepa nama Kemahapengasihan dan Kemahakuasaan menurut realitas teks al-Qur’ân.
b.   

10
Menerapkan analisis semiotis terhadap semua nama tersebut di atas menurut konteks masing-masing ayat di mana suatu nama hadir atau disebutkan, dalam rangka mengungkapkan makna setiap nama sesuai konteksnya.
c.    Melakukan analisis semiotis lanjutan secara tematis terhadap nama-nama Tuhan yang telah dimaknai melalui analisis semiotis pada langkah b. sesuai fokus kajian dan rumusan masalah.
d.    Mendialogkan secara kritis (evaluasi) hasil analisis (temuan) pada langkah c dengan konsep, pandangan atau teori-teori ketuhanan yang telah ada di dalam hasanah keilmuan Islam.
e.    Mengelaborasi konsep dan teori Semiotika bagi pengembangan Ilmu Tafsir al-Qur’ân.

F.    Temuan
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut :
a.    Teori hubungan fungsional transformatif, yaitu bahwa al-Qur’ân selalu menggambarkan hubungan fungsional transformatif antara Tuhan dan manusia, antara ketuhanan dan kemanusiaan.
b.    Teori interaksi transformatif, yaitu bahwa kehadiran nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân selalu tampil dalam hubungan interaksi Tuhhan – manusia untuk mentransformasi  atau menuntun manusia pada suatu proses perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang lebih baik.
c.    Teori sentralitas-dominan, yaitu bahwa dalam rangka fungsional transformatif  tersebut, al-Qur’ân menampilkan nama ar-Rahmân, sebagai sentral dan dominan di antara nama-nama Tuhan yang lainnya. Hal ini ditandai oleh beberapa indikator, yakni:
1.   

11
Bahwa ar-Rahmân secara penuh mewakili Allah dalam melakukan tindakan ketuhanan seperti penciptaan, pemberian wahyu, penyiapan surga dan neraka, dan sebagainya; dan menerima seluruh orientasi tindakan kehambaan manusia seperti beiman, bertawakal, bersujud, dan sebagainya,  dimana pada saat yang sama tidak terjadi pada nama-nama yang lain.
2.    Bahwa nama-nama yang lain hadir sebagai respons terhadap respons manusia terhadap ar-Rahmân.
3.    Al-Qur’ân menggambarkan, bahwa keberagamaan manusia sebagai respons atas eksistensi Tuhan ditujukan kepada ar-Rahmân
d.    Bahwa pendekatan semiotika memiliki kekuatan signifikan dalam kontribusi bagi pengembangan Ilmu Tafsir al-Qur’ân dan keilmuan keislaman lainnya.

G.  Kontribusi
Temuan-temuan di atas memberi beberapa kontribusi teoritis dan praktis bagi pengembangan keilmuan Islam, yaitu memperkaya hasanah keilmuan tafsir al-Qur’ân dan teologi (Ilmu Ketuhanan) dalam Islam, sebagai berikut :
a.    Teori hubungan fungsional berkontribusi dalam hal:
1.        Menjadi kritik yang melemahkan konsep yang mendasari bangunan pemikiran Kalam Klasik yang melahirkan aliran besar, Qodariyah dan Jabariyah yang kemudian berkembang menjadi Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Yakni, suatu konsep yang menggambarkan hubungan Tuhan dan manusia dalam bentuk  hubungan konflik, yang mempertentangkan antara kekuasaan Tuhan dan kekuasaan manusia, antara irodah Tuhan dan irodah manusia.
2.         Menguatkan teori Fazlur Rahman bahwa yang dituju al-Qur’ân adalah manusia dan perilakunya (af’âlul’ibâd).
3.       




Menguatkan teori Ibn Al-‘Arabî tentang landasan ontologis bagi studi ketuhanan. Yakni, bahwa ada dua dimensi Tuhan, yaitu Tuhan di dalam dirinya sendiri, dan Tuhan dalam hubungan dengan makhluk. Dimensi pertama hanya Tuhan yang mengetahuinya, tiada sesuatu selain Tuhan yang dapat  menjangkaunya. Dan, dimensi kedua adalah dimensi yang dapat dijangkau  dan diketahui manusia. Artinya, bahwa ontologi studi ketuhanan adalah Tuhan dalam dimensi-Nya yang kedua. Dalam hal ini, antara lain, Tuhan sebagaimana dijelaskan oleh Tuhan sediri kepada manusia secara verbal di dalalm al-Qur’ân dengan menggunakan bahasa manusia, agar manusia memahami-Nya.
4.        Menghapus sikap “ambiguitas epistemologis” dalam kajian ketuhanan khususnya mengenai nama-nama Tuhan yang selama ini “mengidap” para pemikir muslim sejak Klasik (Al-Ghazali dan lainnya) sampai dengan Modern (M. Quraish Shihab dan lainnya. Mereka di satu pihak “memandang bahwa tidak mungkin manusia yang nisbi dapat menjangkau Tuhan yang mutlak”, tetapi di pihak lain “terus berusaha menjangkaunya (memahami dan menjelaskan-Nya)”.
b.        Teori interaksi transformatif mengkritik dan sekaligus menyempurnakan teori al-Imâm al-Gazali tentang takhallaqû bi akhlâqillâh sebagai metoda dalam  memaknai asmâulhusnâ.
c.         Teori fungsional, interaksi transformatif, sentralitas dominan, dan Semiotika dapat menjadi panduan pendekatan di dalam memahami nama-nama Tuhan di dalam al-Qur’ân dan lainnya.
d.        Teori sentralitas dominan berkontribusi dalam hal:
     

Menguatkan pandangan mutashowifûn yang menempatkan sifat Kemahakasihan sebagai sentral, dan melemahkan pandangan mutakalimun yang menempatkan sifat Kemahakuasaan sebagai sentral. Demikian pula terhadap pandangan serupa yang dikemukakan Fazlur Rahman dan A.Hidayat yang menempatkan sifat Kemahakuasaan sebagai sentral.
2.        Menjadi kritik terhadap kritik Ibn Al-‘Arabî terhadap mutakalimun, bahwa Tuhan mutakalimun (dengan citra kemahakuasaannya) adalah Tuhan yang tidak dicintai, karena tidak memeperhatikan manusia. Teori ini membuktikan hal sebaliknya, yaitu bahwa justru al-Qur’ân menggambarkan sifat kemahakuasaan  sebagai sifat yang senantiasa, setiap saat, berinteraksi dengan manusia, yaitu memberi perlindungan, pertolongan, dan kemenangan kepada orang-orang yang bersyukur kepada ar-Rahmân, dan menghalangi mereka dari kejahatan para penentang agama, serta mengazab dan mengalahkan mereka.

H.  Kesimpulan
               Dari pembahasan dan analisis secara semiotik tematik terhadap ayat-ayat al-Qur’ân  mengenai nama-nama Tuhan pada bab tiga dan empat dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Konsep ketuhanan sebagai bagian integral dari ajaran Islam, digambarkan    al-Qur’ân sebagai bagian integral dari pandangan dunia al-Qur’ân (PDQ),     yang tidak terpisahkan dari bagian lainnya, yaitu tentang manusia dan kehidupannya, dan alam semesta tempat di mana manusia berkehidupan. Gambaran seperti ini, secara lengkap, ditampilkan al-Qur’ân dalam Surat ar-Rahm’ân (55) ayat 1-13, dalam kaitan menjelaskan Tuhan sebagai ar-Rahmân, yang diposisikan al-Qur’ân sebagai nama yang paling sentral di antara nama-nama Tuhan yang lainnya.





Konsep ketuhanan al-Qur’ân merepresentasikan suatu pandangan dunia yang sangat positif  dan maju, yang dapat menjadi suatu landasan yang kokoh bagi suatu bangunan peradaban manusia yang maju. Diktum ini ditunjukkan oleh   hal berikut : (a) PDQ mengintegrasikan wahyu dan ilmu untuk membangun kehidupan manusia; (b) PDQ memberikan landasan etis yang sangat logis bagi manusia, bahwa untuk kesempurnaan kemanusiaan manusia,  sejatinya secara kodrati, manusia itu sepatutnya beragama (menerima, mengilmui, dan mengamalkan wahyu), dan dalam kerangka beragama tersebut manusia seyogyanya mengembangkan ilmu pengetahuan; Dan (c) Terkait dengan moral etik agama dan ilmu pengetahuan, dalam kerangka peradaban manusia, PDQ secara eksplisit menegaskan bahwa alam semesta bukan hanya mutlak harus dipelajari tetapi secara aksiologis dengan ilmu pengetahuan tersebut justru harus dipemelihara keseimbangannya (al-mîzân). 
3.      Konsep ketuhanan al-Qur’ân memancarkan sistem nilai etik dan nilai-nilai positif lainnya, yang meliputi tiga hubungan : manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam, yang menjadi acuan dan dorongan transformatif  bagi perilaku manusia yang positif dan maju.  
4.       Konsep ketuhanan al-Qur’ân menyarankan suatu proses transformasi spiritualitas yang selalu menaik pada diri manusia yang mendorong dirinya untuk kreatif, dan inovatif dalam melahirkan karya-karya kebaikan (amal shaleh) dalam kemanusiaan sebagai ibadah kepada Tuhan secara ikhlas (tindakan bermoral). 
5.      Memahami dimensi ketuhanan di dalam al-Qur’ân memerlukan suatu pendekatan komprehensif dan integratif yang berorientasi pada transformasi perilaku manusia.




I.     Rekomendasi
     Mengingat temuan-temuan yang dihasilkan disertasi ini, maka perlu disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1.    Dilakukan pengembangan dan peningkatan pemahaman (pemaknaan) terhadap nama-nama Tuhan yang ada selama ini, dari pemahaman semantis kepada pemahaman pragmatis, yang bersumber pada al-Qur’ân, dan berorientasi pada perubahan sikap, perilaku, dan tindakan (al-akhlâq).
2.    Dilakukan kajian dan penelitian lanjutan, khususnya untuk nama-nama Tuhan yang belum terbahas dan umumnya kajian-kajian yang relevan, sehingga ditemukan hal-hal baru yang dapat mengkritik temuan-temuan disertasi ini, dan sekaligus memperkuat dan mengembangkannya.
3.    Nilai-nilai ketuhanan di dalam asmâulhunâ yang bertranformasi menjadi nilai kemanusiaan di dalam pikiran, sikap, dan perilaku (kepribadian) manusia dan model-model tahapan (maqâmât) transformasi spiritual yang diisyaratkan oleh pola-pola hubungan antar nama Tuhan, yang sudah barang tentu merupakan sentral materi pendidikan dan dakwah, memerlukan kajian dan penelitian yang lebih menukik pada tataran praksis sehingga melahirkan teori-teori yang aplikatif dalam berbagai lapangan, seperti pendidikan, dakwah, hukum, ekonomi, dan lainnya.
4.   

16
Pengembangan keilmuan adalah suatu keniscayaan. Namun watak pengembangan adalah keterbukaan menerima hal-hal baru dengan sikap kritis. Untuk itu, perlu terus didorong dilakukannya uji  coba penerapan pendekatan semiotika tidak terbatas pada kajian tafsir al-Qur’ân, tetapi juga dalam berbagai bidang keilmuan Islam lainnya, sehingga akhirnya dapat ditemukan format penerapan yang lebih sesuai dan produktif.    

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.   Identitas Diri
Nama                               : Drs. Ahmad Qonit AD, M.A.
Tempat/Tgl. Lahir             : Tasikmalaya, 3 Desember 1960
NIP                                  : 1960 19
Pangkat/Golongan             : Lektor Kepala /IV-a
Jabatan                             : Dosen
Alamat Rumah                  :  Jl. Kaum Kidul 28 RT/RW: 04/01 Kel. Sukamulya Kec. Cinambo Kota Bandung
Alamat Kantor                  : Jl. A.H. Nasution 105 Kota Bandung
Nama Ayah                      : H. Taufiq Alie
Nama lbu                          : Hj. Siti Halimah
Nama Istri                        : Erna Hikmah, S.Ag.
Nama Anak                      : 1. Qiya Khaira Hikmatillah
                                           2. Muhammad Arham
                                           3. Hikmatuz Zahra Hanifa
                                           4. Fitria Azka Ramadani
B.   Riwayat Pendidikan
1.  Pendidikan Formal
a.  Sekolah Dasar Negeri (Tasikmalaya, 1973)

17
b.  Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah (Tasikmalaya, 1976)
c.  Pendidikan Guru Agama 4 Th Muhammadiyah (Tasikmalaya, 1977)
d.  Pendidikan Guru Agama 6 Th Muhammadiyah (Tasikmalaya, 1980)
e.  Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah Jur. PBA IAIN Sunan Gunung Djati, 1983
f.   Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah Jur. PBA  IAIN Sunan Gunung Djati, 1985
g.  Diploma Pengajaran  Bahasa Arab  Sebagai  Bahasa Asing 1987 (Jakarta)
h.  Stratum 2 (S-2) Program Pascasarjana LAIN Sunan Kalijaga (Master of Art/M.A., 1992), Yogyakarta.
i.   Stratum 3 (S-3) Program Pascasarrjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
C.   Pekerjaan
1.  Dosen tetap Fakultas Tarbiyah LAIN Sunan Gunung Djati (1988-1990)
2.  Dosen tetap Fakultas Adab LAIN Sunan Gunung Djati (1990-sekarang)
3.  Dosen tidak tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Bandung (1995-sekarang)

18
4.  Sekretaris Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab Fakultas Adab LAIN  Sunan Gunung Djati (1988-1992)
5.  Sekretaris Program Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati (1996-1999)
6. Ketua Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab IAIN Sunan Gunung Djati (1999-2004)
7. Pembantu Dekaan II Bidang Administrasi dan Keuangan Fakultas Adab IAIN Sunan Gunung Djati (2004-2008)
8.  Sekretaris Pusat Kerja Sama IAIN Sunan Gunung Djati (2009-sekarang)

D.   Karya Ilmiah
1.  Buku
a.  Al- 'Arabiyah al-Asasiyah, 2 Jilid, Fakultas Adab LAIN Sunan Gunung Djati, 1990
b.  Fonetika Bahasa Arab ('Ilmu al-Ashwāt), Fakultas Adab IAIN Sunan Gunung Djati, 1992
c.  Al-'Arabiyah al-Mu'āshirah, 1 Jilid, Pusat Pembinaan Bahasa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2002.

2.  Makalah
a.  Tehnik Evaluasi Pendidikan Agama, Bandung, 1989
b.  Pengajaran Intensif Bahasa Arab di IAIN Sunan Gunung Djati, 1990
c.  Metode Pengajaran Bahasa Arab  Sebagai Bahasa Asing Untuk Pemula, 1990

19
d.  Pemikiran Tasawuf Nuruddin Ar-Raniri, 1991
e.  Pemikiran Teologi Al-Juba'i, 1991
f.   Metode Tafsir Maudhu'i, 1992
g.  Konsep Wahyu di dalam Al-Qur'ân, 1994
h.  Konsep Al-Hikmah di dalam Al-Qur'ân, 1994
i.   Pengajaran Stilistika di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, 2004  
j. Fazlur Rahman Thought on Problem Solution of Modernity in The Islamic World, 2005
k. Pandangan Fazlur Rahman tentang Rekonstruksi Teologi Islam, 2006
l.  Metode Pembaharuan Islam Fazlur Rahman, 2006
m. Pendekatan Semiotika terhadap Al-Qur’ân, 2007
n.  Evaluasi terhadap Kurikulum Jurusan  Bahasa  Dan  Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati, 2008
o. Teologi Al-Qur’ân Perspektif Nama-nama Tuhan, 2008
p.  Penerapan Semiotika  Bagi Pengembangan Kajian TafsirAl-Qur'ân, 2009
q. Asmâulhusnâ di dalam al-Qur’ân, Perspektif Kajian Munâsabâh, 2009
r. Maqâmât Spiritual Perspektif Nama-nama Tuhan di dalam Al-Qur’ân, 2010

3.  Artikel

20
a.  "Subjektivitas  di  dalam  Penulisan   Sejarah",   Dialektika  Budaya, Fakultas Adab IAIN Sunan Gunung Djati, 1993
b.  "Pendekatan Humanistik dalam dalam Pengajaran Bahasa Asing, Al-Jami'ah, IAIN Sunan Gunung Djati, 1989
c.  "Istifham Di Dalam Al-Qur'ân", Al-Tsaqafah, Fakultas Adab IAIN Sunan Gunung Djati, 2005
d. “Ar-Rahmân dan al-‘Azîz di dalam Al-Qur’ân, Suatu Kajian Semiotika”, Dialektika Budaya, Jurnal Terakreditasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung, 2009.

Yogyakarta, 05 Maret 2011

Drs. Ahmad Qonit AD, M.A.
NIM: 90147/S-3


SELAMAT MENEMPUH UJIAN AKHIR SEMESTER

Ujian Akhir Semester Genap tahun 2010/2011 akan dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2011.oleh karena itu bersiap-siaplah untuk menghadapi ujian tersebut